Home / Rubrik / Berita

Memahami Sibling Rivalry Dan Cara Mengatasinya

gambar-headline
Bandung Post Views: 399

Peran menjadi orangtua tentunya bukan peran yang mudah, membutuhkan komitmen dan dedikasi tinggi untuk bersedia bertumbuh Bersama anak, se umur hidup. Namun dalam perjalanannya peran tersebut jalannya tak selalu mulus, berbagai rintangan hadir sebagai batu sandungan yang akan mengokohkan ikatan antara kita dan anak dalam perjalanan tersebut. Salah satu batu sandungan dalam menjalani peran sebagai orang tua adalah “Sibling Rivalry” atau kecemburuan antara saudara, hal ini akan muncul biasanya di usia 1 sampai 3 tahun, 5 sampai 8 tahun, serta 8 sampai 12 tahun. Menurut Boyle (dalam Putri, Deliana, & Hendriyani, 2013) menjelaskan bahwa apabila sibling rivalry tidak ditangani di masa awal kanak-kanak dapat menimbulkan delayed effect. Masalah tersebut terjadi ketika pengalaman sibling rivalry pada anak tersimpan di bagian alam bawah sadar pada usia 12 tahun hingga 18 tahun. Sehingga dapat terjadi kembali bertahun-tahun kemudian dalam bentuk perilaku psikologis yang merusak.Berdasarkan hasil penelitian Putri, Deliana dan Hendriyani (2013) menyebutkan bahwa dampak dari sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada anak, orang tua dan masyarakat. Dampak sibling rivalry pada anak salah satunya adalah munculnya sikap temper tantrum yaitu anak memperlihatkan emosi dengan menangis kencang, berteriak-teriak, sampai melempar barang.Tantrum dapat dikenali dengan terlihatnya sifat sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung. Kemudian dampak sibling rivalry yang terjadi pada orang tua yaitu orang tua menjadi stress dengan perilaku yang ditunjukkan anak-anak. Dampak sibling rivalry pada masyarakat, dapat terjadi ketika hubungan antar saudara yang tidak baik dapat menjadi awal pola hubungan yang tidak baik pula di luar rumah karena anak membawa terus sikap tidak baik tersebut pada masyarakat.

Tentunya untuk meminimalisir terjadinya fase ini kita sebagai orangtua harus memperhatikan beberapa hal , sebagai berikut :

1.Mengatur jarak kelahiran anak, sehingga anak tidak merasa di rebut kasih sayangnya dengan hadirnya saudara baru.

2.Melakukan pengenalan sebelum lahirnya adik baru dengan mengajak anak berbicara intim, memandang mata anak dalam-dalam dan mengkomunikasikan , bahwasanya dengan kehadi ran adik baru tidak akan merupah kasih saying, ayah-ibu kepadanya.

3.Melibatkan anak dalam tahap persiapan menyambut adik baru seperti mengajak calon kaka ikut saat memeriksakan kondisi janin adiknya.

4.Menerapkan pola asuh seimbang, dimana ayah dan ibu berperan aktif secara demokrastis dalam melakukan pengasuhan , sehingga sang kaka tidak merasa kehilangan kasih saying saat ibu harus memperhatikan adiknya.

Happy Parrenting!


Author

img-author

Rizqi Astera Ayuningtyas

1 tahun yang lalu