Kemiskinan membuat sebuah keluarga di Kampung Gunung Batu, Desa Cikadongdong, Kecamatan Cikeusik, Pandeglang melalui masa-masa yang sangat sulit. 

Keluarga Saden sehari-harinya hanya bisa makan dengan nasi dicampur garam ataupun Singkong rebus saja. Penghasilan Saden dari menyadap aren hanya 15 ribu dan tidak cukup untuk menghidupi istri dan kesebelas anaknya.

Kemiskinan tidak hanya membuat Saden (57) dan keluarganya sulit makan, tapi membuat anak-anak nya terpaksa putus sekolah. Sebenarnya Saden memiliki 15 anak, anak pertamanya sudah meninggal, anak ke 2 sedang mencari peruntungan di Kalimantan, anak ke 3 dan ke 4 putus sekolah dan tinggal di pesantren gratis untuk meringankan beban, anak ke 5 putus sekolah, anak ke 6, 7, 8 masih sekolah SD, anak ke 9 sekolah TK dan anak ke 10, 11, 12, 13, 14, 15 belum sekolah.

Setiap hari Saden selalu berusaha menyadap aren banyak, agar gula yang ia buat banyak pula, namun apa daya, usianya uang sudah menua membuatnya tidak terlalu berdaya.

Saat ini Saden dan keluarganya tinggal di gubuk bilik bambu yang jauh dari kata layak. Anak-anak Saden tidak pernah banyak mengeluh karena mereka memahami kondisi orang tuanya. 

Mengetahui kondisi tersebut, Rumah Yatim area Jabodetabek memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai, sembako, perlengkapan mandi mencuci dan perlengkapan sekolah yang terdiri dari tas, sepatu, seragam dan alat tulis untuk Saden dan keluarganya.

Bantuan tersebut diterima keluarga Saden dengan penuh haru bahagia. Tidak hentinya mereka mengucapkan banyak terima kasih kepada Rumah Yatim dan donatur yang telah memberikan bantuan dan perhatiannya.

"Hanya doa yang bisa kami berikan untuk membalas semua ini. Semoga Rumah Yatim semakin besar dan semakin banyak membantu warga kurang mampu. Untuk para donatur, semoga selalu diberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah dan berkah, serta dimudahkan semua urusannya," tutur Saden.

#pejuangkebaikan, mari bersama kita bantu warga kurang mampu di Indonesia. Besar kecilnya batuan yang diberikan, amat sangat berarti untuk mereka.