Suatu ketika, Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabatnya tentang siapa orang yang paling baik imannya. “Siapakah orang yang paling baik imannya?” tanya Rasulullah pada para sahabatnya. Kemudian ada salah seorang sahabat yang menjawab malaikat karena malaikat selalu beribadah kepada Allah dan tidak pernah membangkang. Kemudian Nabi menjawab, “Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka diciptakan oleh Allah untuk selalu beribadah pada Allah.”
Malaikat bukan jawaban yang tepat sebab malaikat tidak diberi hawa nafsu. Tak heran jika malaikat selalu beribadah kepada Allah dan tidak pernah sekalipun membangkang. Lalu sahabat lainnya menjawab, “Ya Rasulullah, kalau begitu berarti para Nabi.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Bagaimana para Nabi tidak beriman, sedangkan mereka diutus untuk jadi contoh bagi umat manusia dan wahyu turun kepada mereka.”
Para nabi juga bukan jawaban yang tepat sebab mereka diutus oleh Allah untuk jadi contoh bagi umat manusia. Kalau mereka tidak beriman dan membangkang, mereka tentu bukan seorang nabi. Kemudian ada sahabat lainnya yang menjawab, “Ya Rasulullah, kalau begitu, para sahabat yang imannya tinggi.” Lalu Nabi menjawab, “Bagaimana mereka tidak beriman, sedangkan mereka hidup di zamanku, mereka melihat mukjizatku, hidup bersamaku, melihatku dan mendengarkan wahyu secara langsung.”
Jadi para sahabat juga bukan jawaban yang tepat. Sebab mereka hidup bersama Nabi, dan bahkan melihat mukjizatnya. Wajar saja kalau tingkat keimanan mereka lebih tinggi.
Para sahabat kebingungan dengan orang yang dimaksud Rasulullah. Lalu mereka bertanya, “Ya Rasulullah, jadi siapa orang yang paling baik imannya itu?” Nabi menjawab, “Kaum yang hidup sesudah kalian.”. “Mereka membenarkan aku, padahal mereka tidak pernah melihatku. Mereka hanya menemukan tulisan dan beriman. Mereka kemudian mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membelaku, seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku bertemu dengan mereka.”
Jadi orang yang paling tinggi dan menakjubkan imannya yaitu orang-orang yang hidup setelah sepeninggalan Nabi dan para sahabat. Mereka tidak pernah melihat Nabi, tidak pernah melihat mukjizatnya, tidak pernah mendengarkan dakwah indahnya, tapi mereka mempercayai semua perkataan Nabi dan beriman pada Al-Quran. Kitalah dan generasi selanjutnya yang dimaksud oleh Rasulullah. Tapi itu pun jika kita benar-benar beriman kepada Allah dan mematuhi semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Dialog antara Rasulullah dan para sahabat diambil dari kutipan Hadis Riwayat Al-Bukhari yang artinya
“Menurut kalian, siapakah yang paling mengagumkan keimanannya? Mereka (para sahabat) menjawab, “Malaikat.” Nabi bersabda, “Bagaimana mung-kin mereka tidak beriman sedangkan mereka di sisi Tuhannya.” Lalu mereka menjawab, “Para Nabi.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka menerima wahyu.” Lalu mereka berkata, “Kalau begitu, kamilah orangnya.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin kalian tidak akan beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian. Iman seseorang yang paling mengagumkan ialah mereka yang datang sesudah kalian, membaca Alquran dan mengimaninya.” (HR al-Bukhari)
Semoga kita senantiasa selalu beriman dan meneladani Rasulullah
Author
Sinta Guslia