Oleh : Rizqi Astera Ayuningtias S.psi MM
Seorang Psikolog Alfred Adler pada tahun 1920 mengemukakan bahwasanya kepribadian seseorang akan di pengaruhi oleh urutan kelahirannya, teori ini disebut teori konstelasi keluarga yang mana dalam teori tersebut Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan saudara-saudara berbeda.Teori ini didapat dari hasil pengamatan alfred adler pada sekelompok klien nya, yang pada akhirnya ia simpulkan bahwa permasalahan yang mereka alami itu berasal dari keluarga ,yang kemudian oleh nya di kategorikan permasalahan berdasar kepada urutan kelahiran, jenis kelamin , usia serta selisih usia antara satu anak dengan anak lainnya.
Middle-child syndrome atau sindrom anak tengah adalah istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis anak tengah yang disebut sering merasa terkucilkan dan terabaikan di dalam keluarga, karena urutan kelahirannya. anak tengah biasanya merasa tersisih karena di bayang-bayangi oleh kelahiran si perfeksionis anak pertama yang biasanya menjadi tumpuan harapan kedua orang tuanya, lalu di bebankan harus menjadi kakak bagi adik bungsu nya yang biasanya selalu di anggap anak kecil oleh kedua orang tuanya, anak tengah biasanya lebih sensitif, merasa harus bersaing dengan saudara, terbiasa menjadi mediator diantara saudara anak tengah biasanya pandai dalam bersosialisasi, kemandirian anak tengah pun cenderung unggul karena berawal dari .perasaan tersisihkan .
Oleh sebab itu, agar anak tengah Ayah dan Bunda bisa terhindar dari risiko mengalami middle-child syndrome, beberapa hal ini bisa dilakukan untuk membantunya merasa percaya diri dan dicintai:
- Sisihkan waktu Ayah dan Bunda untuk berinteraksi hanya dengan anak tengah saja, misalnya dengan menonton film atau membacakan buku favoritnya.
- Libatkan anak tengah dalam semua kegiatan keluarga, seperti meminta pendapatnya mengenai tujuan liburan berikutnya.
- Latih dan dorong anak tengah untuk selalu mengungkapkan semua hal yang ia rasakan.
- Dengarkan dan hargai setiap cerita atau pendapat yang diutarakan oleh anak tengah.
- Berikan pujian dan penghargaan atas setiap pencapaian yang diperoleh anak tengah.
- Berikan kepercayaan kepada anak tengah untuk membuat keputusan-keputusan kecil bagi dirinya sendiri, misalnya dalam memilih baju atau menu makanannya.
- Beri tahu dan yakinkan anak tengah bahwa rasa sayang Ayah dan Bunda setara untuk semua anak.
Nah, itulah beberapa cara yang bisa Ayah dan Bunda lakukan agar anak tengah tidak mengalami middle-child syndrome atau sindrom anak tengah.
Yang penting untuk diingat, semua anak, baik anak sulung, anak tengah, maupun anak bungsu, pastinya membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang setara. Oleh karena itu, jika Ayah dan Bunda merasa kesulitan untuk melakukannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog terdekat di kota anda.
Author
Rizqi Astera Ayuningtyas