Alhamdulillah doa para santri Pondok Pesantren Bina Ihsani yang ingin memiliki tempat tinggal dan belajar yang layak telah dikabulkan Allah melalui perantara kebaikan para donatur Rumah Yatim.
Tepat pada Kamis (16/2) pembangunan ponpes Bina Ihsani yang berlokasi di Kampung Pasirangin, Desa Cimanis, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Banten telah rampung.
Pembangunan ini rampung lebih cepat dari target yang sebelumnya sudah diperkirakan panitia pembangunan.
"Alhamdulillah target awal kan selesai 40 hari, ini di hari ke 35 sudah selesai. Semua ini bisa terjadi berkat semangat para santri, pengurus ponpes dan warga sekitar yang sudah bergotong royong sampai malam karena ingin segera merampungkan pembangunan ponpes, agar para santri bisa secepatnya menempatinya," tutur Ali Ridwan, salah satu relawan Rumah Yatim area Jabodetabek.
Ia pun melanjutkan jika warga sekitar sangat senang dan mengapresiasi langkah Rumah Yatim dan para donatur dalam kegiatan ini. Sebab bantuan pembangunan ponpes di daerah mereka baru kali ini dilakukan.
Selain membangunkan tempat tinggal, ibadah dan tempat belajar layak, Rumah Yatim pun membangunkan sarana MCK yang layak pula untuk Ponpes Bina Ihsani.
"Rumah Yatim dan para donatur ingin para santri bisa tidur, belajar, ibadah dan melakukan kegiatan MCK ditempat yang nyaman dan aman. Kami ingin mereka bisa lebih fokus lagi belajar ilmu agama dan Al Quran nya," ujar Ali.
Ia berharap pembangunan ponpes ini bisa memberikan banyak manfaat, berkah dan bisa meningkatkan semangat belajar santri. "Semoga pembangunan ponpes ini pun bisa menjadi berkah dan amal jariyah untuk para donatur Rumah Yatim," tambahnya.
Diketahui, Ponpes Bina Ihsani sudah berdiri sejak 10 tahun lalu. Bangunan ponpes hanya terbuat dari bambu dan kayu. Selama berdiri, ponpes ini belum pernah di renovasi secara besar-besaran.
Ada sebanyak 40 santri yatim dhuafa tinggal dan menuntut ilmu di ponpes ini secara gratis. Selama mondok, mereka kesulitan untuk melakukan kegiatan MCK dikarenakan di ponpes tidak ada sarana MCK dan air bersih.
Jika ingin melakukan kegiatan MCK, mereka harus berjalan sejauh 200 meter menuju salah satu aliran air yang keruh warna airnya. Menuju kesana pun, mereka harus melewati jalan yang cukup curam dan beresiko keselamatannya.
Di Indonesia masih banyak pondok pesantren yatim dhuafa yang memiliki bangunan dan sarana MCK yang kurang layak. Mereka sebenarnya ingin sekali tinggal di pondok yang nyaman, namun apa daya, kondisi ekonomi orang tua dan pengurus pondok yang terbatas membuatnya mereka terpaksa mengubur keinginan tersebut.
Untuk itu, mari bersama kita bantu mereka dengan menyalurkan sedekah terbaiknya melalui Rumah Yatim.
Author
Sinta Guslia