Imam Bukhori dulunya adalah anak kecil yatim yang pernah mengalami gangguan penglihatan atau sudah dalam titik kebutaan. Imam Bukhari sendiri lahir di Bukhara, Samarkand.
Ibunda Imam Bukhori tidak pernah putus dalam mendoakan anaknya di sepertiga malam. Pada suatu malam, sang ibunda bertemu dengan Nabi Ibrahim AS dalam tidurnya yang berkata,
"Wahai ibu, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu karena kamu sering berdoa kepada-Nya."
Ajaibnya pada keesokan harinya, penglihatan Al-Bukhori benar-benar kembali. Perasaan yang amat bahagia karena kembalinya penglihatan putranya, membuat sang ibunda mewakafkan hidup putranya untuk ilmu.
Ketika usia 16 tahun, sang ibunda mengajak anaknya umrah ke Makkah bersama saudaranya. Setelah umrah, Al- Bukhori tinggal hidup di Makkah untuk menuntut ilmu. Sedengkan sang ibu kembali pulang bersama saudaranya.
Kemudian di masa sesudahnya, Al-Bukhori menjadi Syaikh Al-Muhadditsin atau gurunya para ahli hadits. Kitab Al Bukhari atau Shahih Al-Bukhari, menjadi kitab rujukan paling shahih sesudah Al-Qur'an.
Lewat tulisan The Great Mothers Biografi Ibunda Para Ulama tulisan Ibnu Marzuqi al-Gharani, disebutkan bahwa keshalihahan ibunda Al-Bukhori ini menjadi tanda kematangan sikapnya dalam beragama. Beliau mempunyai sikap tawakkal sekaligus raja (pengharapan) yang begitu luar biasa pada Allah SWT.
Beliau bisa sukses membesarkan Imam Bukhori tanpa hadirnya keberadaan sosok suami karena kualitas diri dan kecerdasan hati yang dimilikinya. Sifat dan sikap ibunda Imam Bukhari pada akhirnya dapat menjadi pelita untuk sang putra.
Doa dari seorang ibu ataupun orang tua pada umumnya sangatlah manjur atau mustajab. Oleh sebab itu, tidak disangkal Imam Bukhori memperoleh kesembuhan dan kemampuan yang luar biasa, itu semua karena ikhtiar dan doa dari ibundanya.
Berkaitan dengan mustajabnya doa dari seorang ibu pernah dibahas dalam beberapa hadits Rasulullah SAW. Salah satunya di hadits berikut ini.
"Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang dizhalimi." (HR Abu Dawud)
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizhalimi, doa orang yang bepergian, dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya." HR Bukhari)
Kemudian diriwayatkan juga, "Tiga doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir." (HR Baihaqi).
Author
Ridho Nur Hidayatulloh