Salah satu amalan hati yang seharusnya dipunyai oleh seorang muslim ialah sifat qonaah yang berarti adalah ridho atau rela terhadap segala bentuk pemberian Allah SWT yang sudah ditetapkan, tidak adanya rasa ketidakpuasan, tidak juga perasaan kurang atas apa yang sudah ditetapkan.
Semua rezeki sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT, jadi hasil yang akan didapat atau timbal balik dari usaha yang dicurahkan tidak akan melebihi apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya.
Allah SWT yang menetapkan siapa saja di antara hamba-Nya yang mempunyai kelapangan rezeki, dan siapa diantara mereka yang mempunyai kondisi sebaliknya. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Rabb-mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS al-Israa : 30).
Seperti yang sudah dijelaskan dalam ayat tersebut, Islam mendorong para pemeluknya untuk berakhlak dengan sifat qonaah.
Untuk bisa mendapatkan sifat qonaah, kita bisa melatih diri dengan lakukan beberapa tips berikut:
1. Memperkuat keimanan terhadap takdir Allah, sabar dan tawakkal
Rezeki merupakan salah satu yang sudah ditakdirkan Allah untuk setiap hamba-Nya bahkan pada saat belum terlahir ke dunia dan masih berada dalam rahim sang ibu. Apabila kita benar-benar memahami hal tersebut, maka rasa gelisah atas rezeki tidak akan datang.
2. Mentadabburi firman Allah ta’ala dan hadits Nabi
Dengan merenungi firman-firman Allah ta’ala dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama berbagai ayat yang menjelaskan mengenai rezeki dan usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh kehidupan di dunia yang semuanya itu berpulang pada takdir Allah. Allah berfirman menerangkan bahwa Dia telah menetapkan rezeki kepada para hamba-Nya,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (Huud: 6).
Ada juga firman Allah yang menanamkan nilai bahwa campur tangan manusia sama sekali tidak mempengaruhi seluruh rezeki yang telah Dia tetapkan,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu” (Faathir: 2).
Serta terdapat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seorang tidak akan diwafatkan kecuali sesudah Allah menyempurnakan jatah rezeki yang ditetapkan untuknya,
أيها الناس اتقوا الله و أجملوا في الطلب فإن نفسا لن تموت حتى تستوفي رزقها و إن أبطأ عنها فاتقوا الله و أجملوا في الطلب خذوا ما حل و دعوا ما حرم
“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, sesungguhnya seorang itu tidak akan mati sehingga lengkap jatah rezekinya. Jika rezeki itu terasa lambat datangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah dengan cara yang, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram” (Shahih. HR. Al Baihaqi).
3. Berdo’a
Memohon supaya kita dimudahkan untuk memiliki sifat qonaah. Nabi juga mencontohkan hal tersebut, kehidupan ekonomi beliau yang bersahaja tidak membuat beliau mengeluh, bahkan beliau berdo’a kepada Allah supaya rezeki beliau dan keluarga hanya sekedar untuk menutup lapar.
Hal tersebut melihatkan betapa qonaah pribadi beliau. Kita bisa mencontoh beliau, memohon supaya Allah memberikan kita sifat qonaah.
Terdapat salah satu do’a yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbad radliallahu ‘anhuma ialah do’a berikut.
اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ
“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).
4. Melihat kondisi yang berada di bawah kita
Kita tentu akan menemukan orang yang memiliki kondisi ekonomi di bawah kita di dunia ini. Apabila kita ditakdirkan terkena musibah, pasti di sana ada mereka yang diuji dengan musibah yang lebih daripada kita. Apabila kita ditakdirkan menjadi orang yang fakir, pasti di sana ada orang yang lebih fakir. Oleh sebab itu, untuk apa kita menengadahkan kepala melihat kondisi orang yang diberi kelebihan rezeki tanpa melihat mereka yang berada di bawah.
5. Memahami harta bisa membawa dampak buruk
Kekayaan apabila tidak didapat dan disalurkan dengan cara yang baik sesuai syari’at justru akan membawa kepada keburukan dan kesengsaraan untuk pemiliknya.
Yang menjadi masalah untuk pemilik harta ialah proses audit yang akan dilihat dari dua sisi, yaitu bagaimana harta diperoleh dan kemana disalurkan. Hal itulah yang menjadikan konsekuensi dari kepemilikan harta bukanlah sesuatu yang gampang, dapat juga berujung pada petaka untuk pemiliknya, kecuali untuk mereka yang bertakwa kepada Allah dalam mencari dan menggunakan hartanya.
Kita juga bisa membayangkan jika seorang dengan harta yang minim akan mengalami proses hisab di akhirat yang lebih ringan dan cepat daripada orang yang mempunyai harta yang banyak.
Itulah beberapa tips yang bisa dilakukan sebagai seorang muslim untuk melatih diri mempunyai sifat qonaah.
Author
Ridho Nur Hidayatulloh