Fatimah Al-Fihri adalah salah satu tokoh muslimah cerdas yang menjadi membanggakan umat islam.
Fatimah Al-Fihri dikenal sebagai sosok muslimah yang berkontribusi besar di bidang pendidikan di masa silam. Ia merupakan pendiri Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, yang diakui sebagai universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini.
Mari lebih banyak lagi mengenal Fatimah Al-Fihri
Fatimah Al-Fihri lahir pada tahun 800 M di Tunisia, tepatnya di Qarawiyyin atau Al-Karaouine. Selain dikenal sebagai muslimah cerdas, ia pun
dikenal sebagai muslimah shalihah yang visioner, dermawan, intelektual serta menguasai ilmu fikih dan hadis. Ayahnya bernama Mohammad bin Abdullah Al-Fihri, merupakan seorang pengusaha atau saudagar yang sukses. Fatimah juga memiliki satu saudara perempuan bernama Mariam Al-Fihri.
Memasuki tahun 818 M, ayahnya mengajak Fatimah dan saudaranya pindah ke Fez, Maroko. Pada saat itu, wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Abbasiyah dengan Gubernur Idris II.
Di Kota Fez, keluarga Fatimah al-Fihri terus mengembangkan sayap bisnisnya. Mereka menjadi pengusaha Muslim yang sukses dengan harta kekayaan yang melimpah. Meskipun berasal dari keluarga kaya, keluarga Fatimah Al-Fihri memiliki jiwa sosial yang tinggi, gemar berderma dan sering menyambung silaturahmi dengan semua kalangan. Fatimah Al-Fihri sering dijuluki sebagai ‘Oum al-Banine’ yang berarti ibu dari anak-anak Fes.
Fatimah dan adiknya, Maryam, dibesarkan oleh ayah mereka dengan kecukupan harta serta mendapatkan pendidikan terbaik. Mereka berdua tumbuh dalam lingkungan cinta ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmu sains, khususnya arsitektur dan bangunan.
Setelah kematian ayahnya, Fatimah dan saudaranya mewarisi kekayaan yang besar. Mereka sepakat menggunakan warisan orang tuanya untuk mendirikan masjid dan lembaga pendidikan untuk kepentingan dan kemajuan umat. Pada Ramadhan 245 H (859 M), Fatimah mewaqafkan hartanya untuk membangun masjid, yang dinamakan Al-Qarawiyyin (terkenal juga dengan julukan Masjid Jami’ al-Syurafa’) di Fes, Maroko. Sementara Maryam membangun masjid al-Andalus, di kota yang sama.
Fatimah turut serta dalam pemilihan lokasi strategis hingga terkait dengan arsitektur bangunan Masjid Al-Qarawiyyin. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 861 M, masjid megah Al-Qarawiyyin dapat berdiri tegak dan mulai beroperasi. Sejak itu, Al-Qarawiyyin berkembang menjadi salah satu pusat kegiatan agama dan pendidikan di zaman Keemasan Islam.
Masjid-masjid besar di awal periode Islam biasanya memang didirikan sebagai bangunan multifungsi, di mana pengajaran dan pendidikan berlangsung secara bersamaan dengan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan lainnya. Sebagaimana juga dicontohkan pada zaman Rasulullah SAW di mana masjid menjadi pusat kegiatan dan fasilitas sosial.
Fatimah menerapakan konsep bahwa masjid tak hanya digunakan untuk aktivitas ritual ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan. Awalnya, Al-Qarawiyyin memiliki fungsi keagamaan yang sama dengan masjid dan madrasah lainnya, yaitu pengajaran ilmu dan tsaqofah Islam, seperti ilmu tafsir Al-Qur’an, ilmu hadits, ilmun fiqh, dan bahasa Arab.
Secara bertahap, Al-Qarawiyyin tidak hanya mengajarkan kurikulum Islam saja, tapi juga menawarkan pelajaran matematika, astronomi, astrologi, logika, sejarah, puisi, dan sastra. Sejak saat itu, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi, sehingga terbentuklah universitas Al-Qarawiyyin.
Kehebatan universitas Qarawiyyin tergambar pada beragamnya mahasiswa yang menimba ilmu disana. Bukan sekedar dari Maroko, bahkan merambah ke negeri lain baik muslim maupun non muslim. Banyak tokoh besar yang lahir di Universitas ini, yaitu Abu Al Abbas Az zawari pakar matematika, Ibnu Bajar pakar Bahasa Arab, dokter Abu Madhabal Fasi pemuka mazhab Maliki hingga Ibnu Khaldun. Bahkan Gerber dari Auvergne yang kemudian menjadi Paus Sylvester II di Vatikan tercatat pernah belajar di universitas Qarawiyyin.
Keberadaan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko menjadi inspirasi dan pendorong pendirian beberapa universitas tertua dunia lainnya, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Harvard di Amerika Serikat, Universitas Oxford di Inggris, Universitas Cambridge, Universitas Bologna di Italy, hingga Universitas Paris di Prancis pada abad ke-12 M.
Salah satu keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin adalah manuskrip sejarahnya. Jumlah koleksi buku di perpustakaan universitas tersebut tercatat lebih dari 4.000 buku langka yang bisa terlacak hingga tahun terbit pada abad ke-9.
Di antara manuskrip langka yang tersimpan di Universitas Al-Qarawiyyin adalah Al-Muwatta, kitab rujukan utama mazhab Maliki yang ditulis sendiri oleh Imam Malik pada permukaan kulit gazel (hewan sejenis antelop kecil).
Ada juga manuskrip Al-Quran dari tahun 1602 pemberian Sultan Ahmad Al-Mansur Al-Dhahabi, sampai dengan salinan asli kitab Ibnu Khaldun, Kitab Al-'Ibar yang disebut sebagai koleksi berharga di perpustakaan universitas tertua tersebut.
Fatimah Al-Fihri merepresentasikan semangat dan perjuangan wanita muslim yang telah mendedikasikan hidupnya dalam mempelopori perkembangan pendidikan dan kemajuan peradaban dunia. Fatimah Al-Fihri meninggal dunia pada 880 M di Kota Fez, Maroko. Dari kisah hidupnya, Fatimah Al-Fihri layak diakui dan dijadikan sumber inspirasi bagi semua orang.
Author
Sinta Guslia