Usai memberikan bantuan biaya hidup berup santunan uang tunai, bahan pokok, susu, biskuit dan perlengkapan mandi mencuci pada akhir bulan lalu, Rumah Yatim cabang Kalimantan Barat kembali menunjukan perhatian dan kepeduliannya kepada Darmawan (20), penderita tumor di Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang.
Pada Jumat (08/11) kemarin, Rumah Yatim Kalbar yang diwakili salah satu tim relawannya mendampingi Darmawan untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi kesehatan di RSUD Dr. Soedarso untuk melakukan pengecekan dan pengobatan .
Darmawan konsultasi bersama Drg. Ahadiansyah, Sp.BM yang merupakan dokter bedah mulut yang berpraktik di bagian bedah mulut.
"Ketika melihat kondisi Darmawan, dokter menyarankan agar Darmawan di operasi. Namun sebelum di operasi, Darmawan harus di biopsi untuk memastikan kondisi lidah Darmawan," ungkap Kepala Cabang Rumah Yatim Kalimantan Barat.
Ia melanjutkan jika tim Rumah Yatim akan terus berikhtiar mendampingi Darmawan sampai kondisinya membaik dan sembuh.
"Insya Allah kami akan terus mendampingi pengobatan Darmawan, mudah-mudahan kondisi Darmawan bisa terus membaik dan pengobatannya bisa terus berlanjut. Mohon doanya dari semua agar Darmawan segera sembuh agar ia bisa beraktivitas normal seperti remaja seusianya," tutupnya.
Diketahui, Darmawan sudah bertahun-tahun menderita tumor yang membuat lidahnya semakin membesar. Kondisi ini membuat Darmawan kesulitan untuk makan, minum dan berbicara.
Darmawan mengalami kondisi tersebut sejak masih kecil. Awalnya saat dirinya masih berusia 1,5 bulan didiagnosis menderita kelenjar getah bening. Setelah itu ia melakukan operasi dan dinyatakan sembuah. Namun selang beberapa tahun lidahnya tidak berfungsi dan terus membesar hingga menutupi ruang di mulutnya
Saat usia 11 tahun, kedua orang Darmawan sempat membawanya ke Rumah Sakit dan dirawat selama satu bulan. Namun, dokter menyarankan agar Darmawan dibawa ke Rumah Sakit besar untuk dilakukan operasi.
Karena tidak ada biaya, akhirnya Darmawan pun dirawat dirumah saja.
Tidak ingin pasrah dengan kondisi, ayah Darmawan yang bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan antara 50 sampai 100 ribu rupiah terus bekerja keras mengumpulkan uang untuk pengobatan putranya.
Sampai saat ini, Darmawan belum pernah merasakan bangku sekolah. Orang tua Darmawan takut anaknya akan mendapat perundungan dari teman-temannya karena kondisinya itu. Meski begitu, orang tuanya selalu mengajarkan membaca, menulis dan berhitung pada Darmawan.
Author
Sinta Guslia