Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-58 Hijriah atau tahun 678 Masehi merupakan salah satu hari yang bersejarah dalam islam, sekaligus salah satu peristiwa yang memilukan.
Pasalnya, ketika puasa Ramadhan yang harusnya menjadi bulan penuh kegembiraan, istri tercinta Nabi Muhammad SAW, yakni Sayyidah Aisyah ra wafat di usia 67 tahun. Akan tetapi, ada riwayat lain yang menyebut bahwa umur Aisyah ra kala wafat adalah 66 tahun dan ada juga yang menyebut 85 tahun.
Sebelum wafat, Aisyah ra sempat sakit selama beberapa bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Tetapi beliau tidak pernah menunjukkan pada orang lain jika dirinya sedang sakit termasuk para sahabat sekali pun.
Seiring berjalannya waktu, sakit yang dialami Aisyah ra semakin parah, hingga pada akhirnya beliau meninggal dunia. Pada waktu meninggal dunia, Aisyah ra tengah menunaikan Shalat Witir. Ketika wafat, Abu Hurairah lah yang memimpin shalat jenazah untuk Aisyah ra.
Aisyah ra dimakamkan pada malam itu pula di Baqi, sebuah pemakaman utama yang terletak di Madinah, bersebrangan dengan Masjid Nabawi. Di antara yang ikut menurunkan jenazah Aisyah ke liang kuburnya adalah Abdullah bin Zubair, Urwah bin Zubair Qosim bin Muhammad bin Abi Bakr, Abdullah bin Muhammad bin Abi Bakr, dan Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Bakr, semuanya adalah keponakan Aisyah.
Kabar wafatnya Aisyah ra tersebar dengan cepat dan meluas ke seluruh penjuru negeri. Hal ini membuat banyak orang berbondong-bondong untuk takziah ke tempat Aisyah ra. Wafatnya Sayyidah Aisyah ra pun menyisakan duka mendalam bagi seluruh umat muslim. Padanya lah ilmu-ilmu berlabuh. Aisyah bukanlah perempuan biasa, melainkan ibu bagi seluruh umat muslim.
Banyak keteladanan yang bisa kita contoh dari Sayyidah Aisyah ra ini
Diketahui, Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tamim bin Marrah bin Ka’ab bin Luay atau Abu Bakar Ash Shiddiq. Aisyah lahir 9 tahun sebelum Hijriah atau 4 tahun sesudah Nabi Muhammad mendapat kenabiannya. Kedua orang tuanya telah memeluk Islam ketika ia lahir sehingga ia dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat.
Setelah kematian istri pertama Rasul, Khadijah, beliau didatangi oleh malaikat Jibril yang memberitahukan mengenai Aisyah. Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa gambarmu dalam sepotong kain sutra seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)
Setelah mendapatkan mimpi itu, Rasul pun datang meminang Aisyah yang saat itu masih berumur tujuh tahun. Barulah pada usia sembilan tahun Rasul menikahi Aisyah.
Aisyah adalah istri yang paling dicintai Rasul setelah Abu Bakar, ayahnya. Rasulullah ditanya oleh Amru bin ‘Aash,
“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah!” Amru bertanya lagi, “Dan dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab, “Ayahnya!” (Hadits muttafaqirn ‘alaihi)
Aisyah adalah wanita yang paling banyak meriwayatkan perkataan Rasul dan selalu berani untuk menegakkan Islam, bahkan setelah Rasul wafat. Ia menjadi penasehat pemerintahan hingga akhir hayatnya.
Abu Salamah berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Qur’an turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah.”
Aisyah dikenal sebagai seorang wanita yang sangat luas ilmu pengetahuannya, dia sangat memahami ilmu fikih, ilmu kedokteran dan ilmu syair.
Author
Sinta Guslia